Minggu, 23 Februari 2020

Pahlawan Nasional Indonesia


1.Sultan Ageng Tirtayasa
• Daerah perjuangan: Banten, Kesultanan Banten
• Lahir: 1613
• Wafat: 1683, dimakamkan di Masjid Banten
• Ayah: Sultan Abdul Ma’ali Ahmad (1640-1650)
• Ibu: Ratu Martakusuma
• Memerintah: Kesultanan Banten 1651-1683
• Riwayat: Mendapatkan julukan Tirtayasa karena dia mendirikan keraton baru di daerah Tirtayasa Kabupaten Serang. Dikalahkan oleh VOC Belanda dengan taktik memecah belah yaitu dengan mengadu kedua anak Sultan Ageng Tirtayasa yaitu Sultan Haji dan Pangeran Purbaya yang memperebutkan tahta. Belanda memberi bantuan kepada Sultan Haji dan Berhasil Melengserkan Sultan Ageng Tirtayasa.
2. Sri Susuhan Pakubuwana VI
• Daerah perjuangan: Surakarta, Jawa Tengah
• Lahir: Surakarta, Jawa Tengah 26 april 1807
• Wafat: Ambon 2 juni 1849 (42 tahun)
• Nama Asli : Raden Mas Sapardan
• Ayah : Pakubuwana V
• Ibu: Raden Ayu Sosrokusuo
• Memerintah: Naik tahta pada 15 september 1823 , turun tahta 1830
• Riwayat Pakubuwana IV dijuluki Sinuhun Bangun Tapa, karena senang melakukan tapa brata. Pakubuwana VI melakukan perlawanan terhadap Belanda bersama Pangeran Diponegoro secara sembunyi-sembunyi karena Kesultanan terikat perjanjian dengan Belanda. Pakubuwana VI membuat sebuah sandiwara seolah- olah Kesultanan Surakarta membantu Belanda untuk mengalahkan Pangeran Diponegoro tetapi yang terjadi adalah sebaliknya tiap kali Pakubuwana VI sering memberikan bantuan pasukan, senjata, dll. Kepada Pangeran Diponegoro bahkan mereka sering mengadakan pertemuan rahasia. Setelah Pangeran Diponegoro ditangkap oleh Belanda. Belanda mulai mencurigai Pakubuwana VI karena dia enggan menyerahkan wilayah Surakarta kepada Belanda. Pihak Belanda lalu menculik dan mengintrogasi juru tulis keraton yaitu Mas Pajangswara tapi dia enggan memberi informasi lalu dia dibunuh dan difitnah bahwa dia telah melaporkan segala sesuatu tentang pengkhianatan Pakubuwana VI dan hidup tenang di Batavia. Dengan fitnah tersebut pihak Belanda lalu menangkap Pakubuwana VI dan diasingkan ke Ambon pada 8 juni 1830. Karena hal itulah timbul keretakan antara anak Pakubuwana VI yaitu Pakubuwana IX dengan keluarga Pajangswara. Pakubuwana VI meninggal di Ambon 2 juni 1849 di tengkoraknya ditemukan bekas tembakan di dahi.

3. Sultan Hasanuddin
• Daerah perjuangan: Makassar , Sulawasi Selatan
• Lahir: Makassar ,12 januari 1631
• Wafat: Makassar, 12 juni 1670 (39 tahun) dimakamkan di katangka, Kabupaten Gowa
• Nama asli: I Mallombasi Muhammad Bakir Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangepe
• Nama Islam: Sultan Hasanuddin Tumenanga Ri Balla Panngkana
• Julukan: ayam jantan dari timur ( de haantjes van het oosten)
• Ayah: Sultan Malikussaid
• Ibu: I Sabbe To’mo
• Memerintah: sultan ke- 16 ,1653- 1669
• Riwayat: Pada tahun 1666 Cornelis Speelman berhasil menundukan kerajaan–kerajaan kecil kecuali kerajaan Gowa. Belanda menggunakan
Siasat memecah belah jadi Belanda mengadu Arung palaka raja Bone serta Sultan Buton untuk mengalahkan Sultan Hasanuddin. Sultan Hasanuddin menandatangani dua perjanjian yaitu Perjanjian Batavia dan Perjanjian Bungaya untuk mencegah banyaknya korban jiwa dan terjadinya perang saudara tapi kedua perjanjian itu dibatalkan karena keduannya merugikan pihak Gowa. Pihak Belanda yang dipimpin Cornelis Speelman sudah sangat lama berusaha menundukan kesultanan Gowa tapi selalu digagalkan oleh semangat juang para prajurit Gowa yang pantang menyerah alhasil setelah meminta banyak bantuan pasukan kepada pusat di Batavia akhirnya Speelman melakukan serangan besar pada tanggal 15 juni 1669 dan pada 24 juni 1669 dia berhasil mengusai benteng terkuat Kesultanan Gowa yaitu Somba Opu dan menghancurkannya hingga rata dengan tanah. Sultan Hasanuddin lalu mundur ke Benteng Anak Gowa dan pada tanggal 29 juni 1669 dia turun tahta dan menyerahkannya ke anaknya yaitu Sultan Amir Hamzah. Sesudah turun tahtan Sultan Hasanuddi banyak menghabiskan waktu sebagai pengajar agama islam dan dia wafat pada hari Kamis 12 juni 1670 di usia 39 tahun.
4. Tjoet Nyak Meutia
• Daerah perjuangan: Aceh
• Lahir: Keureutoe, pirak Aceh utara 1870
• Wafat: 24 Oktober 1910 dimakamkan di alue kurieng
• Riwayat: Cut Nyak Meutia melakukan perlawanan bersama suaminya yaitu Teuku Muhammad namun dia gugur pada maret 1905. Lalu Cut Nyak Meutia menikahi Pang Nagroe sesuai wasiat suaminya untuk membantunya melawan penjajah. Pang Nagroe tewas pada sebuah pertempuran di Paya cicem 26 september 1910 ketika itu Cuk Nyak Meutia dan para wanita lain lari bersembunyi ke hutan. Cut Nyak Meutia gugur pada sebuah pertempuran di Alue Kurieng 24 oktober 1910.
5. Pangeran Antasari
• Daerah perjuangan: Banjar, Kalimantan Selatan
• Lahir: Kayu tangi, Kesultanan Banjar, 1797 atau 1809
• Wafat: Bayan Begok 11 oktober 1862
• Ayah: Pangeran Masohut bin Pangeran Amir
• Ibu: Gusti Hadijah binti Sultan Sulaiman
• Nama lain: Gusti Inu Kartapati
• Memerintah: Naik tahta pada 14 maret 1862, turun pada 11 oktober 1862(wafat)
• Julukan: Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin ( pemimpin pemerintahan, panglima dan pemuka agama tertinggi)
• Riwayat: Pangeran Antasari terlahir bukan sebagai putra mahkota atau keturunan langsung raja karena saat itu yang menjadi raja adalah sepupu Pangeran Antasari yaitu Sultan Hidayatullah. Anak dari Sultan Nuku yaitu sultan yang membuat ayah Pangeran Antasari gagal naik tahta karena dia bekerjasama dengan pihak Belanda. Pangeran Antasari diangkat menjadi sultan ketika Sultan Hidayatullah diasingkan ke Cianjur karena ditipu oleh Belanda. Belanda pernah menawarkan kepada siapa pun yang berhasil menangkap atau membunuh Pangeran Antasari akan dapat imbalan 10.000 gulden namun sampai selesai perang tidak ada yang mau mengambil tawaran itu. Pangeran Antasari wafat akibat penyakit cacar yang dideritanya dia wafat di pedalaman sungai barito kalteng.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar