Minggu, 23 Februari 2020

ASAL USUL PAMARAYAN dan KISAH DIBALIKNYA (Pamarayan, Serang)

ASAL USUL PAMARAYAN dan KISAH DIBALIKNYA
(Pamarayan, Serang)

 
Ditulis oleh “NUR HASANAH
Dokumentasi by ANDI SUHERMAN dan OLIK” dalam kegiatan “Project Pamarayan” oleh “Pendidikan Sejarah STKIP Setia Budhi Rangkasbitung
                                                                                                    
Pada zaman dahulu kala dikisahkan bahwa Provinsi Banten masih diduduki oleh Pemerintahan kolonial Belanda. Daerah – daerah yang masih dipimpin oleh seorang jaro atau kepala desa begitu pula dengan provinsi Banten yang masih bersifat kerajaan Banten sendiri dipimpin Oleh seorang raja, raja tersebut mempunyai seorang permaisuri yang bernama Nyi Alminah dan mereka memimpin Banten dengan adil dan bijaksana.
Suatu Hari Raja sangat bahagia mendengar bahwa Nyi Alminah hamil anak yang pertama.
“ kakang mas, Nyai Hamil anak yang pertama “  memberikan kabar gembira tersebut pada suaminya.
raja pun bahagia mendengarnya “Alhamdulillah, akhirnya kita mempunyai momongan juga “.
Mendengar berita ini raja pun mengabarkan pada rakyatnya.
Hari berganti hari, bulan pun berganti dengan ceaptnya namun raja tak sabar menanti kehadiran bayi dipendopo kerajaan sebagai anugerah sang ilahi pada kerajaan Banten.
“Nyai Tak lama lagi bayi kita akan lahir”.
“iya akang , akang mengharapan bayi kita laki –laki atau perempuan”?
“laki-laki atau  pun perempuan bagi mas sama saja, yang penting dia menjadi anak yang berguna bagi, Agama, Nusa Bangsa, keluarga terutama bagi dirinya sendiri”.
“akang mas Nazar apa yang akan lakukan jikalau anak kita lahir ?”
“akang akan mencari bayi yang  kelahirannya sama dengan anak kita, jikalau berjenis laki-laki saya akan memberikan hadiah, tapi jikalau tidak ada bayi yang kelahiran sama dengan anak kita, uang logam gobang akan saya lubangi”.
Saat bahagia pun datang tepatnya malam hari lahir lah bayi perempuan yang cantik jelita. Raja sangat bahagia begitu pula dengan Nyai Alminah. Mereka memberikan nama anak itu Amiriah sesuai dengan paras cantiknya yang tercampur.
Keesokan harinya, raja mengabarkan berita itu pada rakyatnya dan memberikan kabar atas janjinya yang ia ucapkan pada Nyai Alminah. Semua rakyat menyambut dengan antusias. semua rakyat mencari bayi yang kelaminnya sama dengan anak raja yang tentunya berjenis kelamin laki- laki. Namun, setelah sekian lama rakyat mencari tidak ada yang menemukan bayi laki-laki dengan kelahirannya sama dengan anak raja. Raja yang bijaksana itu pun menepati janji yang telah di ucapkannya.
“wahai rakyatku, karena tak ada bayi laki-laki yang kelahirannya sama dengan anaku sesuai dengan janjiku akan ku lubangi setiap uang logam sebagai mata uang baru dan sebagai ketepatan janji yang telah ku ucapkan “.
System bagian keuangan pun langsung melaksanakan titah raja yang telah raja diperintahkan untuk melobangi uang logam gobang.
Hari-hari masyarakat Banten ceria dengan kepemimpinan raja yang adil dan bijaksana, rakyat hidup dengan rukun dan sejahtera namun semuanya itu berubah ketika Belanda untuk pertama kalinya menginjakkan kakinya di Nusantara tepatnya di Pelabuhan Banten. Memang pada saat itu pelabuhan Banten sangatlah terkenal di Nusantara hingga terdengar di Negeri Belanda. Banyak kapal yang singgah di pelabuhan banten untuk singgah di Banten dengan berbagai tujuan ada yang sekedar menjual rempah –rempah, singgah/ menetap di Banten dan sebagainya. Kecerdikan Belanda  dengan Sekejap belanda  mampu menguasai Banten, banten dengan keramah tamahannya menerima Belanda yang bermaksud jahat. Rakyat Banten sendiri tidak mengetahui maksud kedatangan Belanda.
“ hendak bermaksud apa kisanak berkunjung ke tempat kami ?“ kata Raja
“ hendak membeli dan menjual rempah-rempah yang kami bawa dari negeri kami” ucap Belanda.
Raja mempunyai perkataan Belanda, kerjasama pun berjalin dengan sifat kekeluargaan timur yang ramah tamah. Akan tetapi dengan kelicikan yang di miliki oleh Belanda, banten pun berhasil di taklukan dengan sekejap dan pemerintahan kerajaan berubah menjadi pemerintahan colonial yang system kerjanya, system kerja paksa Rodi yaitu system kerja yang wajib di kerjakan oleh masyarakat tanpa adanya upah.
Banyak sekali pembangunan yang dilakukan oleh belanda tak terkecuali di daerah kecamatan Pamarayan tepatnya desa Panyabrangan, belanda dan dan raja bekerjasama untuk membangun sebuah bendungan sekaligus jembatan penghubung antara desa pamarayan dengan desa Panyabrangan, bendungan itu memanfaatkan aliran sungai Ci Ujung yang mengalir. Nyai Alminah turut memnbatu dalam pembangunan ini, ia membuatkan sketsa jembatan. Belanda sendiri menerapkan sistem kerja rodi namun di tolak oleh raja dan Nyai Alminah karena merasa sistem kerja tersebut tidak manusiawi.
“akang dan Nyai menolak sistem rodi yang akan diiterapkan oleh Belanda. Karena hal itu ia. Nyai walau bagaimana pun kita harus memberi upah pada rakyat yang telah bekerja keras”
Raja tetap memberikan pembayaran atau upah yang semestinya pada rakyat yang bekerja keras walaupun di tentang oleh Belanda. Secara bergantian para pekerja menjalani pekerjaannya. Mula-mula membendung aliran sungai yang mengalir menuju desa panyabrangan lalu kemudian membangun jembatan yang berdiri kokoh.
Ada hal yang unik dari pembangunan jembatan ini yaitu dari segi upah yang diterapkan oleh raja yakni raja membebaskan pekerja mengambil uang logam gobang ( yang tempo dulu telh di lubangi sebagai nazar sang raja ) secara semaunya, namun anehnya walau sebanyak apapun pekerja itu mengambil tetap saja uang logam gobang itu jumlahnya sama sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapakan oleh raja.selain itu konon katanya ada hal-hal yang misits dari pembangunan ini yaitu memakan tumbal seorang santri yang hendak pergi ke pondokan desa sebrang. Ia di kabarkan menjadi salah satu syarat agar terbangunnya jembatan tersebut. Konon katanya santri tersebut di masukan kedalam peti lalu di simpan ke dalam betonan baja besar dan ia pun bertasbih.
Akhirnya Setelah sekian lama akhirnya jembatan itu terbangun juga dengan kokoh dan megahnya membendung sungai Ci Ujung. Masyarakat sendiri memberikan nama jembatan itu pembatan Pamarayan yang artinya tempat pembayaran pegawai yang sangat unik dan ajaib. Nyai Alminah dan raja meresmikan jembatan itu bersama rakyat dengan suka cita. Belanda sendiri mengagumi kerja keras yang dilakukan oleh rakyat.
Selama 350 tahun belanda berkuasa di Nusantara dan telah berganti jepang yang berkuasa selama ± 3,5 tahun. Akhirnya masa – masa kejayaan banten telah bergabti menjadi Republik Indonesia.
Jembatan pamarayan berdiri kokoh puin kini menjadi sejarah yang di kenang. Pemerintah daerah kab. Serang sendiri telah menjadikan jembatan ini sebuah tempat bersejarah. Jembatan ini merupakan saksi bisu perjuangan rakyat Banten. Setelah sekian lama pemerintah prov. Banten membangun jembatan pamarayan baru  dengan menutup jembatan lama sebagai sarana pengatur debit air sungai Ci Ujung. Sarana pengangkut listrik, sarana irigasi dan sarana sumber air bersih bagi masyarakat pamarayan dan sekitarnya. Selain itu masyarakat juga memanfatkan jembatan baru ini sebagai sarana wisata auat rekreasi yang  mengasikan pengunjung baik dari daerah sekitar atau masyarakat yang penasaran berkunjung untuk melihat aliran sungai dan pembukaan pintu air yang setiap kalinya dibuka untuk menyeimbangkan bibit air yang tersedia bukan sekedar wisata itu saja yang akan kita saksikan masyarakat juga sering mengadakan ritual atau pengajian sebagai acara selametan jembatan. Selain itu kebudayaan dan atraksi khas Banten yaitu Debus atau yang lainnya ditampilkan dengan menarik.
Bendungan lama pamarayan asli di buat pada jaman belanda di bangun pada tahun 1901. Cerita ini di dukung fakta yang ditulis dialmanak yang tertera salah satu pintu air yang teronggak dalam gudang, berdasarkan data di almanak pembangunan bendungan lama diselesaikan setelah 13 tahun 1918, Pendiri bendungan lama pamarayan yaitu berNama Ki Masbuang yang bertangan bolong.
     Bendungan atau dam pamarayan merupakan salah satu peninggalan arsitektur masa Kolonial belanda di pamarayan yang masih kokoh berdiri. Bendungan lama memiliki 10 buah pintu pengatur air terbuat dari lemperan baja yang masing-masing diapit oleh tiang-tiang kokoh dengan tiga menara bangunan berbentuk menara,pemerintah belanda menggunakan rantai mirip rantai motor yang berukuran besar. Sepuluh rantai dikaitkan pada roda gigi elektronik yang terletak di bagian atas bendungan, fungsinya sebagai ruang mesin untuk menurunkan dan menaikan pintu-pintu air tersebut.
      Bendungan pamarayan lama bertugas untuk mengalirkan irigasi kewilayah persawahan banten dengan keseluruh irigasi,selain untuk mengairi persawahan sungai ciujung di pakai warga untuk mencuci mandi dan memasak.
      Meski sudah berumur kurang lebih 193 tahun, bendungan lama pamarayan masih berdiri kokoh. namun saat ini sudah tidak difungsikan kembali sehingga di belokan dan dialihkan air Sungai Ciujung ke bendungan baru pamarayan yang di bangun pada sisi kiri bangunan bersejarah itu. Lantaran sudah tidak di pakai keberadaan Bendungan Pamarayan Lama tidak terurus. Di beberapa bagian bangunan bersejarah ini sudah rusak. tidak hanya itu,beberapa bagian bangunan sudah mulai dijarah warga karna memiliki nilai ekonomis tinggi. Dan masyarakat itu menjualnya kiloan,”ujar abah adung  selaku penjaga bendungan lama pamarayan
     Menurut Abah Adung, warga terpaksa menjarah karena pemerintah tidak serius menjaga kelestarian bendunan pamarayan lama sehingga seperti bangunan tidak bertuan.”sejak bendungan lama ditutup sejak itu dibiarkan begitu saja.”katanya.
    Bendungan yang semula direncanakan sebagai bendungan tetap, setelah dikerjakan slama lima tahun dirubah untuk dibangun menjadi bendungan gerak. Selain itu pembangunan bendungan yang semula direncanakan dibangun langsung diatas tanpa perlu membuat saluran pengelak,ternyata setelah 4 tahun pembangunan berjalan selalu menglami kegagalan dalam pembuatan sumur sehingga diputuskan untuk membuuat saluran pengelak.
     Pada masa pemerintah belanda membangun  irigasi Ciujung pamarayan, di daerah telah di bangun irigasi kecil yang sangat sederhana. Saluran irigasi tertua adalah yang di bangun oleh sultan ageng tirtayasa pada abad ke-17 yang di kenal sebagai kanal sultan. Pembangunan pisik jaringan irigasi baru dimilai pada tahun 1905. Bangunan utama irigasi ini berupa sebuah bangunan di dekat desa pamarayan dikali Ciujung. Karna itu dinamakan Bangunan Pamarayan,jaringan irigasi dinamakan irigasi pamarayan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar