ASAL
USUL PAMARAYAN dan KISAH DIBALIKNYA
(Pamarayan,
Serang)
Ditulis
oleh “NUR HASANAH”
Dokumentasi by “ANDI
SUHERMAN dan OLIK” dalam kegiatan “Project
Pamarayan” oleh “Pendidikan Sejarah
STKIP Setia Budhi Rangkasbitung”
Berikut
Link-nya : Sejarah Singkat Asal Usul Pamarayan
Pada zaman dahulu kala dikisahkan bahwa Provinsi
Banten masih diduduki oleh Pemerintahan kolonial Belanda. Daerah – daerah yang
masih dipimpin oleh seorang jaro atau kepala desa begitu pula dengan provinsi
Banten yang masih bersifat kerajaan Banten sendiri dipimpin Oleh seorang raja,
raja tersebut mempunyai seorang permaisuri yang bernama Nyi Alminah dan mereka memimpin Banten dengan adil dan bijaksana.
Suatu Hari Raja sangat bahagia mendengar bahwa Nyi
Alminah hamil anak yang pertama.
“ kakang mas, Nyai Hamil anak yang pertama “
memberikan kabar gembira tersebut pada suaminya.
raja pun bahagia mendengarnya “Alhamdulillah, akhirnya
kita mempunyai momongan juga “.
Mendengar berita ini raja pun mengabarkan pada rakyatnya.
Hari berganti hari, bulan pun berganti dengan ceaptnya namun raja tak sabar
menanti kehadiran bayi dipendopo kerajaan sebagai anugerah sang ilahi pada
kerajaan Banten.
“Nyai Tak lama lagi bayi kita akan lahir”.
“iya akang , akang mengharapan bayi kita laki –laki
atau perempuan”?
“laki-laki atau pun perempuan bagi mas sama
saja, yang penting dia menjadi anak yang berguna bagi, Agama, Nusa Bangsa,
keluarga terutama bagi dirinya sendiri”.
“akang mas Nazar apa yang akan lakukan jikalau anak
kita lahir ?”
“akang akan mencari bayi yang kelahirannya sama
dengan anak kita, jikalau berjenis laki-laki saya akan memberikan hadiah, tapi
jikalau tidak ada bayi yang kelahiran sama dengan anak kita, uang logam gobang
akan saya lubangi”.
Saat bahagia pun datang tepatnya malam hari lahir lah bayi perempuan yang
cantik jelita. Raja sangat bahagia begitu pula dengan Nyai Alminah. Mereka
memberikan nama anak itu Amiriah
sesuai dengan paras cantiknya yang tercampur.
Keesokan harinya, raja mengabarkan berita itu pada rakyatnya dan memberikan
kabar atas janjinya yang ia ucapkan pada Nyai Alminah. Semua rakyat menyambut
dengan antusias. semua rakyat mencari bayi yang kelaminnya sama dengan anak
raja yang tentunya berjenis kelamin laki- laki. Namun, setelah sekian lama
rakyat mencari tidak ada yang menemukan bayi laki-laki dengan kelahirannya sama
dengan anak raja. Raja yang bijaksana itu pun menepati janji yang telah di
ucapkannya.
“wahai rakyatku, karena tak ada bayi laki-laki yang
kelahirannya sama dengan anaku sesuai dengan janjiku akan ku lubangi setiap
uang logam sebagai mata uang baru dan sebagai ketepatan janji yang telah ku
ucapkan “.
System bagian keuangan pun langsung melaksanakan titah raja yang telah raja
diperintahkan untuk melobangi uang logam gobang.
Hari-hari masyarakat Banten ceria dengan kepemimpinan raja yang adil dan
bijaksana, rakyat hidup dengan rukun dan sejahtera namun semuanya itu berubah
ketika Belanda untuk pertama kalinya menginjakkan kakinya di Nusantara tepatnya
di Pelabuhan Banten. Memang pada saat itu pelabuhan Banten sangatlah terkenal
di Nusantara hingga terdengar di Negeri Belanda. Banyak kapal yang singgah di
pelabuhan banten untuk singgah di Banten dengan berbagai tujuan ada yang
sekedar menjual rempah –rempah, singgah/ menetap di Banten dan sebagainya.
Kecerdikan Belanda dengan Sekejap belanda mampu menguasai Banten,
banten dengan keramah tamahannya menerima Belanda yang bermaksud jahat. Rakyat
Banten sendiri tidak mengetahui maksud kedatangan Belanda.
“ hendak bermaksud apa kisanak berkunjung ke tempat
kami ?“ kata Raja
“ hendak membeli dan menjual rempah-rempah yang kami
bawa dari negeri kami” ucap Belanda.
Raja mempunyai perkataan Belanda, kerjasama pun berjalin dengan sifat
kekeluargaan timur yang ramah tamah. Akan tetapi dengan kelicikan yang di
miliki oleh Belanda, banten pun berhasil di taklukan dengan sekejap dan
pemerintahan kerajaan berubah menjadi pemerintahan colonial yang system
kerjanya, system kerja paksa Rodi yaitu system kerja yang wajib di kerjakan
oleh masyarakat tanpa adanya upah.
Banyak sekali pembangunan yang dilakukan oleh belanda tak terkecuali di
daerah kecamatan Pamarayan tepatnya desa Panyabrangan, belanda dan dan raja
bekerjasama untuk membangun sebuah bendungan sekaligus jembatan penghubung
antara desa pamarayan dengan desa Panyabrangan, bendungan itu memanfaatkan
aliran sungai Ci Ujung yang mengalir. Nyai Alminah turut memnbatu dalam
pembangunan ini, ia membuatkan sketsa jembatan. Belanda sendiri menerapkan
sistem kerja rodi namun di tolak oleh raja dan Nyai Alminah karena merasa
sistem kerja tersebut tidak manusiawi.
“akang dan Nyai menolak sistem rodi yang akan diiterapkan
oleh Belanda. Karena hal itu ia. Nyai walau bagaimana pun kita harus memberi
upah pada rakyat yang telah bekerja keras”
Raja tetap memberikan pembayaran atau upah yang
semestinya pada rakyat yang bekerja keras walaupun di tentang oleh Belanda.
Secara bergantian para pekerja menjalani pekerjaannya. Mula-mula membendung
aliran sungai yang mengalir menuju desa panyabrangan lalu kemudian membangun
jembatan yang berdiri kokoh.
Ada hal yang unik dari pembangunan jembatan ini yaitu
dari segi upah yang diterapkan oleh raja yakni raja membebaskan pekerja
mengambil uang logam gobang ( yang tempo dulu telh di lubangi sebagai nazar
sang raja ) secara semaunya, namun anehnya walau sebanyak apapun pekerja itu
mengambil tetap saja uang logam gobang itu jumlahnya sama sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapakan oleh raja.selain itu konon katanya ada hal-hal
yang misits dari pembangunan ini yaitu memakan tumbal seorang santri yang
hendak pergi ke pondokan desa sebrang. Ia di kabarkan menjadi salah satu syarat
agar terbangunnya jembatan tersebut. Konon katanya santri tersebut di masukan
kedalam peti lalu di simpan ke dalam betonan baja besar dan ia pun bertasbih.
Akhirnya Setelah sekian lama akhirnya jembatan itu
terbangun juga dengan kokoh dan megahnya membendung sungai Ci Ujung. Masyarakat
sendiri memberikan nama jembatan itu pembatan Pamarayan yang artinya tempat
pembayaran pegawai yang sangat unik dan ajaib. Nyai Alminah dan raja meresmikan
jembatan itu bersama rakyat dengan suka cita. Belanda sendiri mengagumi kerja
keras yang dilakukan oleh rakyat.
Selama 350 tahun belanda berkuasa di Nusantara dan
telah berganti jepang yang berkuasa selama ± 3,5 tahun. Akhirnya masa – masa
kejayaan banten telah bergabti menjadi Republik Indonesia.
Jembatan pamarayan berdiri kokoh puin kini menjadi
sejarah yang di kenang. Pemerintah daerah kab. Serang sendiri telah menjadikan
jembatan ini sebuah tempat bersejarah. Jembatan ini merupakan saksi bisu
perjuangan rakyat Banten. Setelah sekian lama pemerintah prov. Banten membangun
jembatan pamarayan baru dengan menutup jembatan lama sebagai sarana
pengatur debit air sungai Ci Ujung. Sarana pengangkut listrik, sarana irigasi
dan sarana sumber air bersih bagi masyarakat pamarayan dan sekitarnya. Selain
itu masyarakat juga memanfatkan jembatan baru ini sebagai sarana wisata auat
rekreasi yang mengasikan pengunjung baik dari daerah sekitar atau
masyarakat yang penasaran berkunjung untuk melihat aliran sungai dan pembukaan
pintu air yang setiap kalinya dibuka untuk menyeimbangkan bibit air yang
tersedia bukan sekedar wisata itu saja yang akan kita saksikan masyarakat juga
sering mengadakan ritual atau pengajian sebagai acara selametan jembatan.
Selain itu kebudayaan dan atraksi khas Banten yaitu Debus atau yang lainnya
ditampilkan dengan menarik.
Bendungan lama pamarayan asli di buat pada jaman
belanda di bangun pada tahun 1901. Cerita ini di dukung fakta yang ditulis
dialmanak yang tertera salah satu pintu air yang teronggak dalam gudang,
berdasarkan data di almanak pembangunan bendungan lama diselesaikan setelah 13
tahun 1918, Pendiri bendungan lama pamarayan yaitu berNama Ki Masbuang yang
bertangan bolong.
Bendungan atau dam pamarayan merupakan salah satu
peninggalan arsitektur masa Kolonial belanda di pamarayan yang masih kokoh
berdiri. Bendungan lama memiliki 10 buah pintu pengatur air terbuat dari
lemperan baja yang masing-masing diapit oleh tiang-tiang kokoh dengan tiga
menara bangunan berbentuk menara,pemerintah belanda menggunakan rantai mirip
rantai motor yang berukuran besar. Sepuluh rantai dikaitkan pada roda gigi
elektronik yang terletak di bagian atas bendungan, fungsinya sebagai ruang
mesin untuk menurunkan dan menaikan pintu-pintu air tersebut.
Bendungan pamarayan lama bertugas untuk
mengalirkan irigasi kewilayah persawahan banten dengan keseluruh irigasi,selain
untuk mengairi persawahan sungai ciujung di pakai warga untuk mencuci mandi dan
memasak.
Meski sudah berumur kurang lebih 193 tahun,
bendungan lama pamarayan masih berdiri kokoh. namun saat ini sudah tidak
difungsikan kembali sehingga di belokan dan dialihkan air Sungai Ciujung ke
bendungan baru pamarayan yang di bangun pada sisi kiri bangunan bersejarah itu.
Lantaran sudah tidak di pakai keberadaan Bendungan Pamarayan Lama tidak
terurus. Di beberapa bagian bangunan bersejarah ini sudah rusak. tidak hanya
itu,beberapa bagian bangunan sudah mulai dijarah warga karna memiliki nilai
ekonomis tinggi. Dan masyarakat itu menjualnya kiloan,”ujar abah adung
selaku penjaga bendungan lama pamarayan
Menurut Abah Adung, warga terpaksa menjarah karena
pemerintah tidak serius menjaga kelestarian bendunan pamarayan lama sehingga
seperti bangunan tidak bertuan.”sejak bendungan lama ditutup sejak itu
dibiarkan begitu saja.”katanya.
Bendungan yang semula direncanakan sebagai bendungan
tetap, setelah dikerjakan slama lima tahun dirubah untuk dibangun menjadi
bendungan gerak. Selain itu pembangunan bendungan yang semula direncanakan
dibangun langsung diatas tanpa perlu membuat saluran pengelak,ternyata setelah 4
tahun pembangunan berjalan selalu menglami kegagalan dalam pembuatan sumur
sehingga diputuskan untuk membuuat saluran pengelak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar